A Life Journal.

Thursday 7 February 2019

Perangi Penyebaran Hoax Demi Indonesia Yang Lebih Baik



Kesal nggak sih sama iklim sosmed belakangan ini? Penyumbang utama panasnya suasana sosmed ini tentu saja adalah topik Pilpres 2019 beserta turunan-turunan isu politiknya, kampret vs cebong. Sebetulnya lumrah sih heboh gara-gara pilpres, cuma lama-lama jadi ngeselin karena pada akhirnya jadi politisasi agama. Ini yang saya nggak suka. Agama dijadikan ajang untuk menggaet pendukung. Miris sih menurut saya soalnya agama itu kan sakral ya, nggak seharusnya dijadikan untuk ajang jualan. Dan malesinnya lagi adalah menurut saya kok jaman sekarang banyak orang yang semakin berilmu, giat mempelajari agama, tapi jadi nggak bisa beragama dengan selow ya. Semua yang ga sejalan langsung dianggap menyimpang dan kaveer. Padahal kan yang saya tau hubungan yang harus dijaga selain hubungan dengan Tuhan adalah hubungan manusia dengan manusia.

Kelanjutan dari panasnya iklim sosmed ini lantas memicu banyaknya penyebaran berita hoax yang seringkali nggak penting dan obvious, tapi tetep aja dibagiin, apalagi kalau ada bacaan "sebarkan jika anda membela Islam" hehehe. Banyak banget yang langsung share tanpa kroscek dulu ke sumber asli yang valid. Kalau di kontak saya, udah nggak satu dua lagi berita gini berseliweran di grup dan status WA.

Plis banget jangan sampai kita ikut membantu penyebaran hoax dan perpecahbelahan bangsa. Coba kalau dapat berita hot gini kita kroscek dulu

1. Pastikan sumber berita adalah sumber yang valid.

Jaman saya sekolah dulu, kalau bikin karya tulis paling haram sumbernya blogspot dan website-website ga jelas. Coba lah luangkan waktu barang semenit dua  menit untuk mencermati sumbernya. Apakah memang sumber berita kredibel yang valid? Apakah konten di web tersebut banyak yang bernada sejenis membangun kericuhan? Kalau emang satu web bernada sama dan nggak netral sudah bisa dipastikan itu web nggak kredibel yang pasti. FYI aja untuk yang belum tau, banyak banget media atau web yang sengaja dibuat untuk black campaign maupun pengangkatan branding seseorang. Ada industrinya khusus. 

2. Pastikan berita yang dimuat berfaedah

Saya inget banget pernah baca berita judulnya super profokatif "Astaghfirullah, anak Jokowi menghina makanan kesukaan Rasulullah dan suka makan Babi". Banyak banget yang share tanpa buka. Setelah saya telusuri, ternyata si Gibran/Kaesang ini (saya lupa) di suatu artikel cerita bahwa dia kurang suka daging kambing DAN DI ARTIKEL LAIN pada konteks dan cerita lain dia cerita bahwa dia pernah nggak sengaja makan babi KARENA DIA GA TAU dan dia pikir enak-enak aja. Bisa ae nih disambung-sambungin. Pernah juga waktu pilpres sebelum ini, pernah ada isu istrinya Pak Boediono kristen. Dan kalaupun iya dia suka rasa babi, iya istrinya Pak Boediono kristen terus kenapa gitu loh, nggak bermanfaat juga untuk kita sebagai pembaca kecuali untuk dijadikan bahan black campaign.

3. BACA DULU ARTIKEL ASLINYA

Ini pengalaman saya yang terbaru. Kemarin sedang hot-hotnya petisi Bu Maimon mengenai penolakan pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Di grup WA saya banyaaak banget berseliweran suruh tandatangan petisi simply karena narasi di WA tersebut adalah ini mendukung LGBT dan perzinaan. Saya download dong si RUUnya masa sih kita mau bikin UU pelegalan zina. Pas saya baca boro-boro ada kaya gituan. Dan lagi, UU mengenai zina kan udah ada UUnya sendiri, aborsi pun udah ada peraturannya sendiri. Jadi nggak valid si WA itu. Yang agak bikin saya gemey adalah bahkan yang share itu belum baca RUUnya. Okey.......

4. Jangan share dengan dalih bertanya mencari kebenaran.

Dapet berita yang belum jelas hoax atau nggaknya lalu dishare dimana-mana dengan caption "Ini bener nggak sih?" ya sama aja menyebarkan dong malih. Kroscek dulu sendiri lah, jangan males. Ketika kamu menyebarkan (walau dengan dalih bertanya) akan ada orang diluar sana yang begitu liat judul langsung percaya dan menyebarkan lagi. Kalau hoax gimana? Makin tersebar luas aja kan hoaxnya.


Ayo jadi netizen yang lebih smart yang tidak mudah termakan hoax dan isu yang memecah belah bangsa. Soalnya sekarang liat komen orang di IG dan twitter (apalagi facebook) sadis-sadis semua, jempolnya udah pada setajam samurai. Coba kalau mau komen dipikirkan lagi, kalau di dunia nyata apakah berani ngomong demikian secara langsung? Kalo enggak ya jangan komen kayak gitu.

Ayo sama-sama kita perangi hoax!



Kindly share your thoughts !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature